Delirium

Jumat, 21 Agustus 2020

Delirium

LinkSehat - Delirium adalah kondisi dimana seseorang secara tiba-tiba mengalami kebingungan, tidak dapat fokus atau berpikir dengan jelas. Kondisi ini dapat menjadi tanda dari banyak masalah kesehatan.

Delirium berbeda dengan demensia yang menunjukkan perubahan gejala dalam hitungan bulan atau tahun. Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, baik usia tua ataupun muda.

Gejala delirium

Gejala delirium dapat berbeda-beda pada tiap orang.

Sebagian penderita delirium menjadi pendiam dan menarik diri (disebut dengan delirium hipoaktif), sedangkan beberapa lainnya mengalami kegelisahan atau rasa kesal (disebut delirium hiperaktif) maupun kombinasi keduanya.

Gejala delirium lain yang dapat muncul, antara lain:

  • Sulit fokus.
  • Perubahan kepribadian.
  • Mengalami gangguan tidur.
  • Tampak seperti kebingungan.
  • Mudah cemas, marah, dan paranoid.
  • Bergumam atau berbicara tidak masuk akal.
  • Mudah marah untuk alasan yang tidak jelas.
  • Perubahanmood yang tidak dapat diprediksi.
  • Melihat hal-hal yang tidak nyata (halusinasi).
  • Tidak mengenal orang atau tempat mereka berada (disorientasi).

Gejala delirium tersebut dapat muncul secara tiba-tiba, lalu menghilang atau bertambah buruk seiring waktu. Jika Anda, teman, atau anggota keluarga mengalami gejala delirium, segera Konsultasi Dokter Online di aplikasi LinkSehat. Download Sekarang.

Penyebab delirium

Delirium terjadi ketika sinyal yang dihantarkan dan diterima otak mengalami gangguan. Gangguan ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang membuat aktivitas otak terganggu. Beberapa faktor tersebut diantaranya:

  • Berusia lebih dari 65 tahun.
  • Kecanduan alkohol atau NAPZA.
  • Infeksi tertentu terutama pada anak-anak.
  • Kekurangan natrium atau kalsium pada tubuh.
  • Malnutrisi (kekurangan nutrisi) atau dehidrasi.
  • Kekurangan gula darah (terutama pada penderita diabetes).
  • Keracunan zat kimia tertentu, seperti karbon monoksida dan sianida.
  • Mengalami penyakit Parkinson, demensia, kejang, stroke, kanker, serta masalah pada jantung, ginjal, hati, paru-paru, dan tiroid.

Diagnosis delirium

Dokter mendiagnosis delirium dengan melakukan wawancara terkait keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan khusus seperti berikut:

  • Pemeriksaan status mental. Dokter akan mulai dengan mengevaluasi tingkat kesadaran, perhatian atau minat (atensi), dan kemampuan berpikir seseorang. Hal ini dilakukan dengan melakukan percakapan sehari-hari atau menggunakan panduan pertanyaan khusus yang dapat melihat kemampuan persepsi dan ingatan seseorang. Informasi tambahan dari anggota keluarga akan sangat membantu.
  • Pemeriksaan saraf untuk melihat fungsi penglihatan, keseimbangan, koordinasi, dan refleks pada tubuh seseorang. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah stroke atau penyakit gangguan saraf lain menjadi penyebab delirium.
  • Pemeriksaan penunjang lain untuk memeriksa darah rutin, urin, dan pemindaian otak dapat dilakukan apabila diagnosis masih belum bisa ditegakkan dari pemeriksaan sebelumnya.

Pengobatan delirium

Tujuan utama dari pengobatan delirium adalah untuk mengetahui penyebab atau faktor yang dapat memicu kondisi ini. Pengobatan lainnya dapat berfokus untuk menciptakan lingkungan yang baik untuk proses pemulihan otak.

1. Perawatan suportif

Perawatan ini dapat membantu mencegah komplikasi dari delirium. Perawatan ini juga biasa dilakukan saat rawat inap di Rumah Sakit untuk:

  • Menjaga agar jalur napas tetap terbuka.
  • Memberikan terapi cairan dan nutrisi.
  • Mencegah perubahan lingkungan sebisa mungkin.

  • Memberikan semangat dan dukungan kepada anggota keluarga.
2. Menghindari obat-obatan

Penggunaan obat-obatan yang dapat memicu gejala delirium sebaiknya dihindari atau dikurangi. Namun, ada beberapa obat yang harus diberikan pada situasi tertentu, misalnya ketika penderita mengalami gejala yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Pencegahan delirium

Pencegahan terbaik adalah dengan menghindari faktor risiko atau penyebabnya. Namun, jika Anda atau kenalan Anda pernah memiliki riwayat delirium sebelumnya, hal-hal di bawah ini dapat membantu mencegah terjadinya delirium kembali, yaitu:

  • Menerapkan gaya hidup sehat.
  • Mencatat hal-hal yang harus dilakukan kembali jika terjadi delirium.
  • Membawa data diri atau nomor yang bisa dihubungi agar mudah dikenali jika penderita delirium tersesat saat berada di luar rumah.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter Anda untuk memantau kondisi kesehatan dan evaluasi obat-obatan yang dikonsumsi.

Saat ini delirium menjadi salah satu gejala COVID-19. Jika Anda mengalami gejala delirium, lakukan konsultasi gratis dengan dokter melalui aplikasi LinkSehat. Download Sekarang.

Medical Assistance kami siap bantu:
  • Booking tes COVID-19
  • Rekomendasi dokter atau RS
  • Buat janji dokter penyakit kronis
  • Buat janji dokter di luar negeri
  • Hitung estimasi biaya berobat
  • Mencari paket check up & bayi tabung (IVF)
Author dr. Nathania Tjuwatja dr. Nathania Tjuwatja
Reviewed by dr. Edwin Jonathan dr. Edwin Jonathan

Nilai Artikel Ini

Artikel Terkait

Demensia

Penyakit demensia tidak dapat disembuhkan, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk Baca Selengkapnya...

Penyakit Alzheimer

Penyakit alzheimer merupakan penyebab umum demensia, yakni penurunan progresif dalam kemampuan Baca Selengkapnya...