Disfagia, Kondisi Sulit Menelan

Senin, 29 Juni 2020

Disfagia, Kondisi Sulit Menelan

Link Sehat - Disfagia adalah kesulitan menelan. Kondisi ini membuat proses penyaluran makanan atau minuman dari mulut ke lambung menjadi lebih sulit karena membutuhkan usaha lebih besar dan waktu lebih lama.

Dalam kondisi normal, berikut tiga tahapan proses menelan:

  • Fase oral saat makanan berada di dalam mulut, meliputi proses mengunyah, memindahkan makanan dari depan ke belakang mulut, serta persiapan untuk menyalurkan makanan ke faring dan kerongkongan (esofagus).
  • Fase faringeal, yakni proses mendorong makanan dari mulut ke kerongkongan dan melindungi saluran pernapasan dari makanan. Fase kedua ini berlangsung cepat hanya beberapa detik.
  • Fase esofageal. Tahap di mana makanan sudah masuk ke dalam kerongkongan, yang kemudian akan didorong dari bagian atas esofagus dengan gerakan peristaltik menuju ke dalam lambung.

Gejala disfagia

Disfagia ditandai dengan munculnya rasa nyeri saat menelan, tersedak saat makan/minum, air liur terus keluar, makanan yang sudah ditelan keluar lagi, asam lambung naik ke tenggorokan, suara serak, dan nyeri ulu hati.

Pada anak-anak, kesulitan menelan membuatnya sering memuntahkan kembali makanan atau minuman, tidak mau mengonsumsi makanan tertentu, dan sulit bernapas saat makan.

Segera Konsultasi Dokter Online di aplikasi LinkSehat jika Anda mengalami gejala di atas. Download Sekarang.

Penyebab disfagia

Terdapat beberapa kondisi yang membuat Anda berisiko mengalami kesulitan menelan (disfagia), diantaranya:

  • Kerongkongan tersumbat atau menyempit. Misalnya, akibat menderita kanker mulut, kanker tenggorokan, masuknya benda asing, terbentuknya jaringan parut akibat GERD, efek samping prosedur radioterapi, peradangan pada kerongkongan, atau penyakit gondok.
  • Gangguan otot akibat penyakit scleroderma atau akalasia.
  • Gangguan sistem saraf, seperti demensia, stroke, atau penyakit Parkinson.
  • Kelainan kongenital, seperti bibir sumbing atau cerebral palsy.

Penyebab disfagia juga bisa dibedakan berdasarkan letak gangguan, yakni:

  • Disfagia orofaringeal(terkait tahap 1 dan 2), umumnya disebabkan karena kelainan otot dan saraf di tenggorokan. Penyebab lainnya adalah mengalami masalah kesehatan tertentu (seperti Parkinson, sindrom pasca polio, multiple sclerosis, atau kanker di kepala/leher) serta efek samping radioterapi dan operasi.
  • Disfagia esofageal(terkait tahap 3) disebabkan karena kerongkongan tersumbat atau menyempit dan ketegangan otot bagian bawah kerongkongan.

Faktor bertambahnya usia juga bisa meningkatkan risiko disfagia karena melemahnya otot kerongkongan.

Diagnosis disfagia

Dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan Anda. Indeks massa tubuh (IMT) juga dilihat untuk melihat ada atau tidaknya kekurangan nutrisi akibat kesulitan menelan.

Selanjutnya dokter akan melakukanwater swallow testdengan cara meminta Anda minum air dalam takaran tertentu secepat mungkin. Kecepatan waktu dan jumlah air yang tertelan dicatat untuk menilai kemampuan Anda dalam menelan.

Bila perlu, pemeriksaan penunjang berikut dilakukan untuk menegakkan diagnosis disfagia:

  • Endoskopi untuk memeriksa hidung sampai tenggorokan (nasoendoskopi) dan/atau kerongkongan sampai lambung (gastroendoskopi).
  • Fluoroskopi untuk merekam gerakan otot kerongkongan saat menelan.
  • Manometriuntuk menilai kerja esofagus saat proses menelan.
  • Pemindaian (CT scan, MRI, PET scan) untuk melihat kondisi mulut sampai kerongkongan secara lebih jelas.

Pengobatan disfagia

Pengobatan dilakukan untuk menjaga asupan nutrisi dan mencegah makanan masuk ke saluran napas. Berikut ini beberapa cara mengobati disfagia:

  • Konsumsi obat sesuai resep dan anjuran dokter.
  • Modifikasi diet. Anda disarankan untuk mengatur tekstur dan kekentalan makanan. Misalnya dengan mulai mengonsumsi makanan berbentuk cair (jus), lalu meningkatkannya dengan makan berbentuk pada (roti/nasi) saat kondisi membaik.
  • Terapi menelan. Anda akan diajarkan tentang cara menelan selama masa penyembuhan. Metode ini dianjurkan bagi pasien yang mengalami kesulitan menelan akibat masalah di mulut.
  • Pemasangan selang makan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan nutrisi selama fase pemulihan mulut dan faring. Selang makan juga dapat membantu memasukkan makanan ke saluran cerna serta memasukkan obat yang dibutuhkan.
  • Operasi (dilatasi dan stent), disarankan untuk disfagia yang disebabkan karena kelainan esofagus. Tindakan ini dilakukan untuk memperlebar kerongkongan sehingga memudahkan proses menelan.

Untuk membantu proses pengobatan, Anda disarankan untuk mengubah gaya hidup, yakni dengan tidak merokok/minum alkohol/kopi, makan dalam porsi sedikit tapi sering, serta menghindari makanan atau minuman yang memicu gejala.

Apabila tidak ditangani dengan baik, disfagia bisa menyebabkan komplikasi berupa kekurangan nutrisi (malnutrisi), dehidrasi, penurunan berat badan, infeksi saluran pernapasan atas, hingga pneumonia.

Pencegahan disfagia

Disfagia tidak dapat dicegah, tetapi Anda bisa mengurangi dampak kesulitan menelan dengan cara mengobati penyakit yang mendasarinya dan mengobati disfagia yang timbul.

Medical Assistance kami siap bantu:
  • Booking tes COVID-19
  • Rekomendasi dokter atau RS
  • Buat janji dokter penyakit kronis
  • Buat janji dokter di luar negeri
  • Hitung estimasi biaya berobat
  • Mencari paket check up & bayi tabung (IVF)

Healthline. 2018. What causes difficulty in swallowing?.
Mayoclinic. 2019. Dysphagia.
NHS. 2018. Dysphagia (swallowing problems).
WebMD. 2019. Swallowing problems.


Reviewed by dr. Edwin Jonathan dr. Edwin Jonathan

Nilai Artikel Ini

Artikel Terkait

Akalasia, Kelainan Otot Motorik di Kerongkongan

Gejala yang paling sering dirasakan pada penderita akalasia adalah kesulitan untuk menelan makanan Baca Selengkapnya...

Kanker Tenggorokan

Kanker tenggorokan adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada tenggorokan (faring), laring, atau Baca Selengkapnya...