Henti Jantung Mendadak

Rabu, 04 Maret 2020

Henti Jantung Mendadak

Link Sehat - Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest) adalah kondisi ketika jantung berhenti secara mendadak. Ini merupakan kondisi gawat darurat sehingga perlu ditangani secepatnya. Jika tidak, henti jantung mendadak dapat menyebabkan kerusakan otak permanen hingga kematian.

Gejala henti jantung mendadak

Henti jantung mendadak seringkali ditandai dengan hilangnya kesadaran dan henti napas. Anda dapat mengenali kemungkinan terjadinya henti jantung mendadak dari gejala berikut:

  • Nyeri dada
  • Jantung berdebar
  • Sesak napas
  • Pusing
  • Muntah
  • Cepat lelah

Terkadang gejala-gejala tersebut bahkan muncul dari beberapa hari/minggu sebelumnya, tetapi seringkali diabaikan. Oleh karena itu, sebaiknya Anda segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami tanda dan gejala tersebut untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Konsultasi Dokter Online dapat dilakukan dari rumah melalui aplikasi LinkSehat. Download Sekarang.

Hubungi Medical Consultant LinkSehat melalui WhatsApp 0857 8000 8707 atau isi formulir konsultasi gratis di sini untuk mendapatkan rekomendasi dokter/RS, estimasi biaya perawatan, serta mengetahui RS mana saja yang memiliki layanan pengobatan jantung terbaik.

Penyebab henti jantung mendadak

Henti jantung mendadak disebabkan karena ventrikel fibrilasi yakni gangguan irama jantung yang membuat ventrikel jantung hanya bergetar saja, bukan berdenyut untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga aliran darah berhenti secara mendadak.

Kondisi ini rentan dialami oleh orang yang memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, termasuk penyakit jantung koroner, penyakit otot jantung (kardiomiopati), gangguan katup jantung, sindrom Marfan dan penyakit jantung bawaan.

Anda juga berisiko tinggi mengalami henti jantung mendadak jika:

  • Berusia lebih dari 45 tahun (pria) atau 55 tahun (wanita)
  • Ada riwayat keluarga dengan penyakit jantung
  • Jarang berolahraga/aktif bergerak
  • Kebiasaan merokok
  • Menyalahgunakan NAPZA
  • Berat badan berlebih (obesitas)
  • Memiliki kadar kolesterol yang tinggi
  • Mengalami hipertensi, diabetes, sleep apnea atau gagal ginjal kronis

Apa beda serangan jantung dan henti jantung mendadak?

Meski namanya serupa, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Serangan jantung terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah, tetapi jantung masih mungkin bisa memompa darah, sedangkan pada henti jantung mendadak terjadi gangguan irama jantung, sehingga jantung berhenti memompa darah. Henti jantung mendadak juga bisa disebabkan oleh serangan jantung.

Diagnosis henti jantung mendadak

Setibanya di rumah sakit, dokter akan memeriksa napas dan denyut jantung Anda. Monitor juga akan dipasang untuk memantau irama jantung. Pemeriksaan lanjutan dilakukan setelah kondisi Anda stabil, ditandai dengan jantung berdetak dan kembali bernapas.

Setelah kondisi dinyatakan stabil, dokter akan mencari tahu penyebab dan faktor pemicu terjadinya henti jantung mendadak melalui tes darah, foto Rontgen, EKG, kateterisasi jantung dannuclear scan.

Pengobatan henti jantung mendadak

Dalam kondisi henti jantung mendadak, tim dokter dan perawat akan melakukan upaya gawat darurat untuk mengembalikan denyut jantung dengan bantuan alat kejut jantung, penekanan dinding dada, dan penyuntikan obat. Apabila berhasil, maka Anda perlu dirawat di ruang perawatan intensif hingga kondisi stabil.

Setelah kondisi stabil, untuk mencegah terulangnya henti jantung mendadak dengan serangkaian pengobatan berikut:

  • Obat-obatan. Misalnya obat antiaritmia untuk mengatasi gangguan irama jantung.
  • Implan alat kejut jantung (ICD)di dalam dada sebelah kiri untuk mendeteksi irama jantung. Alat ini dapat memberikan kejut listrik saat diperlukan.
  • Pemasangan ring jantung (angioplasti koroner)untuk menjaga pembuluh darah tetap terbuka.
  • Ablasi jantung untuk menghambat jalur arus listrik pada jantung yang memicu aritmia.
  • Operasi bypass jantung. Melalui prosedur ini dokter akan memasang pembuluh darah baru pada jantung sebagai jalan alternatif pembuluh darah yang tersumbat.
  • Operasi perbaikan jantung untuk memperbaiki kelainan jantung bawaan dan/atau mengganti katup jantung yang rusak.

Selain tindakan medis tersebut, biasanya dokter akan menyarankan penderita henti jantung mendadak untuk mengubah pola makan sekaligus berolahraga secara teratur sesuai kondisi dan kemampuannya.

Pencegahan henti jantung mendadak

Adanya riwayat penyakit jantung memang membuat Anda berisiko lebih tinggi untuk mengalami henti jantung mendadak. Namun bukan berarti kondisi ini tidak dapat dialami oleh mereka yang tidak memiliki riwayat. Maka itu, untuk mencegah situasi yang tidak diinginkan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko henti jantung mendadak, antara lain:

  • Tidak merokok
  • Jaga berat badan tetap ideal sesuai indeks massa tubuh
  • Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan garam, serta minuman beralkohol
  • Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit per hari, dengan total 150 menit per minggu
  • Kelola stres dengan baik
  • Rutin periksa kesehatan ke dokter, termasuk tes EKG

Medical Assistance kami siap bantu:
  • Booking tes COVID-19
  • Rekomendasi dokter atau RS
  • Buat janji dokter penyakit kronis
  • Buat janji dokter di luar negeri
  • Hitung estimasi biaya berobat
  • Mencari paket check up & bayi tabung (IVF)

Harvard Medical School. (2016). Don't Ignore Signs of Sudden Cardiac Arrest.
Mayoclinic. (2018). Diseases and Conditions. Sudden Cardiac Arrest.
WebMD
. (2016). Sudden Cardiac Arrest: Why It Happens.


Reviewed by dr. Winner NG dr. Winner NG

Nilai Artikel Ini

Artikel Terkait

Serangan Jantung

Segera periksakan diri ke UGD jika Anda mengalami nyeri dada berkepanjangan yang disertai sesak Baca Selengkapnya...

Penyakit Katup Jantung

Adanya kelainan katup jantung bisa memperberat kerja jantung dan memengaruhi kemampuan jantung dalam Baca Selengkapnya...

Angioplasti: Kateter Jantung, Pasang Ring Jantung

Jika Anda terbukti mengalami penyumbatan pembuluh darah jantung (bukan di bagian jantung kiri Baca Selengkapnya...